Jika Cita-Cita dan Mimpi Harus Berganti

Selasa, 08 Desember 2009
Sebuah pengalaman akan membuat sebagian manusia berfikir seperti mendapatkan apa yang telah ia cari, namun apa yang ditemukan belum tentu sesuai dan akhirnya harus berbelok dari rencana perjalanan dalam menapaki langkah perjalanan hidup ini.

Kisah yang tak perlu dipahami namun dirasakan, itulah kisah tentang manusia yang hanya mampu mengikuti di mana kaki ini berpijak dalam kerumitan sebuah waktu.

Kisah yang dialami merupakan suatu hal yang didapat dengan apa yang telah terjadi, banyak kisah yang begitu romantis ketika diceritakan, ada yang begitu terharu bahkan ada yang tak harus di ceritakan. mungkin kisah adalah sebuah perjalanan hidup manusia, yang memang harus dilalui bahkan diikuti bukan untuk dijauhi. Layaknya mimpi yang harus berganti.
(Jakarta, 1 Juli 2009-di temaram sore)

Sore tadi saya berkomunikasi via SMS(bahasanya yang baik apa ya?) dengan salah seorang saudari isi komunikasi kami intinya adalah tentang pembuatan peta hidup. Awalnya dia meminta saya untuk memforward SMSnya ke yang lain tentang permintaan(kewajiban?) untuk membuat pemetaan hidup lima tahun ke depan, kemudian saya bertanya “apakah banyak yang tidak atau belum membuat peta hidupnya ?”, kemudian dia menjawab “Ya, belum, khususnya pendetailan terhadap peta hidup itu, semakin sedikit lagi” jawabnya, “anda termasuk jangan-jangan ?”lanjutnya, menyelidiki. Saya hanya tertawa saja mendapati pernyataan sekaligus pertanyaan tersebut, pertama, saya pribadi sejak membaca buku Seven Habist of Highly Effective Teens -kira-kira saat kelas dua SMA saya membaca buku tersebut- saya sudah membuat peta hidup saya sampai lima puluh tahun ke depan (saat itu), dengan pendetailan setahun ke depan, lima tahun ke depan, sepuluh tahun, dan seterusnya sampai lima puluh tahun. Kedua, terkadang memang ada orang yang menganut prinsip “biarkan semuanya mengalir sesuai dengan arus”, dan beberapa orang juga bisa sukses dengan prinsip tersebut, jadi memang tidak bisa juga dipaksakan untuk memaksa orang membuat peta hidupnya.

Lalu, kemudian saya menjawab SMS terakhir dari dia, dengan mengatakan yang saya sebutkan di atas bahwa saya sudah membuat peta hidup sejak membaca buku tersebut dan sudah lima puluh tahun dan selama saya menjalankan peta kehidupan yang saya buat beberapa ada yang sesuai dengan peta dan beberapa ada yang mesti saya ubah petanya. Ya, syukurilah saja.

Contohnya, ya, saya kembali teringat memang saya membuat peta itu kelas dua semester ganjil karena saya menulis di peta hidup saya bahwa saya akan masuk IPA dan melanjutkan cita-cita ayah saya dengan saya akan berkuliah di jurusan Farmasi, setelah saya menolak masuk Sekolah Menengah Analis Kima Bogor, tetapi apa daya nilai Kimia saya di raport semester ganjil sudah merah tepatnya lima dan tentu saja ini mengubur harapan saya untuk masuk IPA karena syarat untuk ke IPA adalah tidak ada nilai merah di raport, betapa ayah saya sedih ketika itu dan awalnya menyalahkan kegiatan-kegiatan yang saya jalankan tetapi dengan penjelasan bahwa kegiatan saya tidak bisa disalahkan tetapi saya pribadi yang salah yang tidak bisa mengatur waktu dan ada sebuah alasan nonteknis yang saya tidak bisa ceritakan ke ayah maupun saya tulis disini. Tentu saja ini membuat saya pun harus mengubah peta hidup saya, tentu saja dalam hal-hal yang detail saja. Itu pengalaman saya pribadi, kemudian, coba kita baca kembali novel “Ayat-Ayat Cinta” dimana Fahri punya peta hidup yang sangat baik bagaimana dia akan S2 dan kemudian S3 tetapi hancur berantakan seketika saat dia dipenjara, kartu mahasiswa S2nya di Al-Azhar diambil dan status kemahasiswaannya di Al-Azhar dicabut, memang tidak diceritakan lebih lanjut bagaimana Fahri ke depan tetapi saya yakin jika dilanjutkan peta hidupnya akan dia rubah toh, ketika dia beristrikan Aisha pun dia merubah(mengkompromikan?) peta hidupnya demi sang istri. Kemudian, izinkan saya bercerita tentang seseorang yang lumpuh total, yang ternyata seorang lumpuh ini mampu menggentarkan Amerika Serikat dan Israel yang punya banyak nuklir, seorang lumpuh yang menggelorakan perlawanan terhadap kezaliman dan pemberontakan terhadap ketidak adilan.

Ahmad Yassin, namanya, beliau awalnya tidak lumpuh sampai usia 12 tahun ketika beliau bergulat dengan temannya kemudian dia terjatuh dan terluka, kepada orang tuanya dia berkata hanya terpeleset, kemudian setelah beberapa minggu ternyata luka tersebut lebih dari sekedar luka karena mengenai sistem saraf beliau hingga akhirnya dia lumpuh di leher, kaki dan tangannya, dia hanya bisa berbicara setelah itu. Sebelum dia lumpuh, dia pernah ditanya apa cita-citanya dan mimpinya ? dia bilang akan belajar teknik dan menjadi insinyur agar bisa membuat rumah dengan pertahanan terbaik hingga nuklir Israel tidak bisa menembus rumah-rumah di Palestina, hingga bisa melindungi para pemuda yang membuat senjata perlawanan dan melindungi anak-anak dan ibu-ibu yang sedang beraktifitas.

Tapi siapa yang menyangka bahwa dia akan lumpuh ? bisa dipastikan dia tidak bisa meneruskan cita-citanya untuk menjadi insinyur, dia kemudian belajar bahasa Arab dan Islam, hingga dia menjadi guru bahasa Arab dan Tarbiyah Islamiyah di Gaza dan sembari mengajar dia berkhutbah dan berceramah di masjid-masjid di Gaza. Hingga kemudian dia mendirikan Harokah Al Muqowamah Al Islamiyah(Islamic Resistance Movement), yg didalamnya terdapat insinyur-insinyur muda Palestina, dan tentu saja dari namanya ini adalah gerakan pertahanan, bukan lagi sekedar pertahanan rumah yang defensif tapi pertahanan manusia yang ofensif.

Cita-cita Syekh Ahmad Yassin memang tidak terwujud untuk menjadi seorang insinyur yang membuat sebuah bangunan pertahanan yang baik tetapi justru diberikan lebih dari sekedar itu dan berkatnyalah banyak insinyur-insinyur muda Palestina yang bekerja melawan Israel.

Cita-cita dan mimpi boleh berubah, boleh tidak terwujud, jadi, tidak usahlah terlalu menyesali apa yang sudah terjadi. Tidak masuk jurusan favorit misalnya, gagal dalam bisnis contohnya,maka, berpikiran positif sajalah bahwa Tuhan akan memberikan yang lebih baik, jika kita mau terus berusaha, sehingga yang namanya Syubhat Mimpi tidak perlu dialami. Syubhat mimpi ada dua, yang pertama adalah berangan-angan atau berkahayalan, karena garis batas antara mimpi dan angan-angan terlalu tipis, setipis bulu kaki, karena itulah ia menjadi syubhat. Yang kedua, terlalu bernafsu mengejar mimpi hingga jika tidak berhasil mendapatkan mimpi tersebut, emosi jiwa langsung tidak stabil atau terus-menerus mengejar mimpi hingga melupakan prinsip-prinsip yang dianut, melupakan hal-hal yang sudah dicapai. Betapa banyak manusia yang mengejar mimpi yang sebenarnya bukan mimpi tersebut hingga keluarganya pun dilupakan hingga agamanya pun dijual.

Begitulah, sejarah telah mencatat siapa yang benar-benar bermimpi serta bercita-cita secara wajar dan siapa yang akhirnya memakan syubhat mimpi.

Jakarta, 1 Juli 2009, 21:45.

by johan rio pamungkas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar